Tidak ada kiranya satupun manusia di dunia ini
yang menghendaki dirinya jatuh dalam kenestapaan dan ketidaktentraman. Setiap
manusia pada dasarnya menginginkan hidup bahagia selalu mendapatkan ketenangan
dan ketentraman dalam menjalani
kehidupannya. Kebutuhan hidup, keamanan dan kesejahteraannya terpenuhi
seluruhnya. Tidak kurang satupun. Walhasil manusia menginginkan kehidupannya
jauh dari kesengsaraan dan malapetaka. Hal ini sebenarnya merupakan hal yang
wajar karena ALLAH telah menciptakan kecenderungan tersebut dalam diri manusia.
ALLAH telah menciptakan potensi hidup (naluri dan kebutuhan jasmani) dan akan
pada manusia yang menjadikan manusia bergelora untuk hidup dan menata
kehidupannya agar menjadi kehidupan yang baik dan semakin baik, terhindar dari
kesengsaraan dan malapetaka. Terpenuhi- nya kebutuhan hidup dan tercapainya
keinginan manusia memang selalu diatur oleh ALLAH sang pencipta.
Namun manusia dibolehkan menikmati kehidupan
dunia dengan segenap isinya, agar kebutuhan dan keinginan manusia terpenuhi
secara adil, merata, aman, tenang, sejahtera dan jauh dari malapetaka. Akan
tetapi sistem pengaturan hidup ini telah di turunkan oleh Allah, yakni Agama.
Merenungkan (Ilustrasi) |
Lihatlah sejak akhir tahun 2004 sampai sekarang
bencana dari negeri kita tercinta ini seolah tidak ada henti-henti nya terjadi
mulai dari gempa dan tsunami NAD dan NIAS, hingga akhir-akhir ini mulai dari
gempa Sumatra Barat hingga banjir besar yang terjadi di Jakarta. Belum selesai
kita tangani yang satu sudah datang lagi bencana berikutnya.
Bahkan data yang kami dapat menunjukkan se
menjak tahun 1992 di Jakarta tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994
meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar. Tahun 1995 terdapat
194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain.
Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas.
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian
dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat
sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, dalam e-psikologi,
2001). Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun
terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia
diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial
memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun
sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000,
dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacuran anak atau 50% dari total penjaja
seks (Sri Wahyuningsih dalam Dep.Sos, 2004). Berdasarkan hasil beberapa
penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan
remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak
(Hawari, 1997). Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman
dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari remaja nakal cenderung
memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan
keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana
keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan menumbuhkan
kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsi rumah mereka
sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara
orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga
sebaliknya jika anak mempersepsi keluarganya berantakan atau kurang harmonis
maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi oleh orangtuanya
tersebut. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku kenakalan pada
remaja adalah konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap
keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri,
sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang
ditampilkan.
Masa remaja merupakan saat individu mengalami
kesadaran akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya.
Pada masa tersebut kemampuan kognitif remaja sudah mulai berkembang, sehingga
remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian mengenai apa yang ada dalam
pikirannya, namun remaja akan berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang lain
tentang dirinya. Oleh karena itu tanggapan dan penilaian orang lain tentang
diri individu akan dapat berpengaruh pada bagaimana individu menilai dirinya
sendiri. Conger ( dalam Mönks dkk, 1982) menyatakan bahwa remaja nakal biasanya
mempunyai sifat memberontak, ambivalen terhadap otoritas, mendendam, curiga,
implusif dan menunjukan kontrol batin yang kurang. Sifat – sifat tersebut
mendukung perkembangan konsep diri yang negatif. Rais (dalam Gunarsa, 1983)
mengatakan bahwa remaja yang didefinisikan sebagai anak nakal biasanya
mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan anak yang tidak
bermasalah. Dengan demikian remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang
harmonis dan memiliki konsep diri negatif kemungkinan memiliki kecenderungan
yang lebih besar menjadi remaja nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam
keluarga harmonis dan memiliki konsep diri positif.
Ini semua dapat kita lihat dari tantangan
pendidikan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yang dari waktu ke
waktu meliputi empat hal, yaitu peningkatan pemerataan kesempatan, kualitas,
efisiensi, dan relevansi. Berkaitan dengan kualitas, pendidikan dianggap telah
melakukan berbagai kesalahan diantaranya banyak melahirkan lulusan yang tidak
memiliki life skill, sehingga banyak lulusan seperti sarjana menjadi
pengangguran karena tidak dapat mandiri dalam kehidupannya. Selain itu
pendidikan juga kurang menekankan aspek moral sehingga melahirkan manusia -
manusia robot yang melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (amoral).
Memang terdapat beberapa lulusan yang cerdas secara intelektual tetapi tidak
memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Teori-teori yang dipelajari tidak
diimbangi dengan peningkatan moralitas diri dan kurang menyentuh realita
kehidupan. Akibatnya apa yang diterima di bangku sekolah dan kuliah berbeda
dengan kehidupan masyarakat yang dihadapi, selain itu ilmu yang diperoleh juga
tidak dimanfaatkan untuk kemanusiaan.
Terpuruknya bangsa Indonesia bukan hanya tidak
memiliki life skill semata, tetapi juga disebabkan oleh krisis moral. Hal ini
terjadi karena tidak ditegakannya nilai-nilai kebenaran, keadilan,kejujuran dan
keagamaan.
Sesungguhnya ada kolerasi yang kuat antara
musibah fisik dengan musibah moral atau kerusakan akhlak manusia. Terjadinya
bencana disebabkan akhlak manusia yang rusak dan banyak berbuat maksiat kepada
ALLAH SWT. Banyak orang sekarang yang hanya takut kepada manusia tapi tidak
takut kepada ALLAH SWT. Mereka melampiaskan seluruh nafsu dan ketamakan serta
berlaku sewenang-wenang dengan segala kekuatan yang mereka miliki.
“Kalaulah sekiranya penduduk negeri-negeri itu
beriman dan bertaqwa, sungguh kami akan bukakan atas mereka keberkahan dari
langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakannya, maka kami siksa mereka
dengan kedustaan itu “ ( QS : 96 )
Ayat ALLAH yang tidak bisa kita bantah sama
sekali. Jadi jelas sekali keterangan ALLAH SWT. Dalam AL-Qur’an jika manusia
itu beriman dan taqwa maka keberkahan melimpah tapi kalau ingkar dan maksiat
maka ALLAH SWT mendatangkan adzab dan musibah.
Merebaknya kesyirikan dan tayangan-tayangan
yang merusak aqidah di televisi inilah diantara bentuk kerusakan akhlak dan
moral manusia di negeri ini. Bagaimana adzab tidak datang secara bertubi-tubi.
Penyebabnya adalah ulah tangan manusia itu sendiri.
Kehancuran moral juga berakibat kepada rusaknya
persatuan bangsa, Kehancuran moral juga menyebabkan berkembangnya
penyakit-penyakit baru dan perilaku aneh, seperti narkoba, seks bebas,
pembunuhan secara berantai dan mutilasi dan kanibal.
Kehancuran moral akan berakibat kepada kehancuran fisik, maka adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk memperbaiki moral bangsa ini,moral ummat ini yang sesuai dengan akhlakul karimah.
Kehancuran moral akan berakibat kepada kehancuran fisik, maka adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk memperbaiki moral bangsa ini,moral ummat ini yang sesuai dengan akhlakul karimah.
0 komentar:
Posting Komentar