Kamis, 27 Desember 2012

Sedikit Renungan

 Tidak ada kiranya satupun manusia di dunia ini yang menghendaki dirinya jatuh dalam kenestapaan dan ketidaktentraman. Setiap manusia pada dasarnya menginginkan hidup bahagia selalu mendapatkan ketenangan dan ketentraman  dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan hidup, keamanan dan kesejahteraannya terpenuhi seluruhnya. Tidak kurang satupun. Walhasil manusia menginginkan kehidupannya jauh dari kesengsaraan dan malapetaka. Hal ini sebenarnya merupakan hal yang wajar karena ALLAH telah menciptakan kecenderungan tersebut dalam diri manusia. ALLAH telah menciptakan potensi hidup (naluri dan kebutuhan jasmani) dan akan pada manusia yang menjadikan manusia bergelora untuk hidup dan menata kehidupannya agar menjadi kehidupan yang baik dan semakin baik, terhindar dari kesengsaraan dan malapetaka. Terpenuhi- nya kebutuhan hidup dan tercapainya keinginan manusia memang selalu diatur oleh ALLAH sang pencipta.  
Namun manusia dibolehkan menikmati kehidupan dunia dengan segenap isinya, agar kebutuhan dan keinginan manusia terpenuhi secara adil, merata, aman, tenang, sejahtera dan jauh dari malapetaka. Akan tetapi sistem pengaturan hidup ini telah di turunkan oleh Allah, yakni Agama.
Merenungkan (Ilustrasi)
Berbicara tentang sistem pengaturan kehidupan maka hanya ada dua sumber aturan dan tidak ada yang lain. sumber pertama berasal dari Sang Pencipta yang menciptakan manusia, dunia dan segala isinya, yang kebenarannya pasti dan abadi. Sedangkan yang kedua adalah aturan yang bersumber dari manusia, yang kebenarannya semu / tidak pasti dan temporal. Disinalah mereka yang pro dan kontra dalam menangani suatu permasalahan yang ada di negeri ini. Dengan menimbulkan perbedaan perbedaan dalam menyelesaikannya, dengan moral bangsa yang baik akan menjadikan bangsa tersebut damai,aman,tentram dan indah. Namun sebaliknya moral bangsa yang buruk dapat mengakibatkan kehancuran bangsa. Moral atau akhlak manusia inilah yang menjadi masalah pokok sebenarnya pada kehancuran bangsa. Moral seorang  pemimpin bangsa dan masyarakat merupakan kunci untuk dapat membangun moral bangsa yang baik. Dengan agama yang baik, sosial, pendidikan dan lingkungan yang baik pula dapat menunjang moral masyarakat dan bangsa ini menjadi baik pula.
Lihatlah sejak akhir tahun 2004 sampai sekarang bencana dari negeri kita tercinta ini seolah tidak ada henti-henti nya terjadi mulai dari gempa dan tsunami NAD dan NIAS, hingga akhir-akhir ini mulai dari gempa Sumatra Barat hingga banjir besar yang terjadi di Jakarta. Belum selesai kita tangani yang satu sudah datang lagi bencana berikutnya.
Bahkan data yang kami dapat menunjukkan se menjak tahun 1992 di Jakarta tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar. Tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas.
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, dalam e-psikologi, 2001). Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacuran anak atau 50% dari total penjaja seks (Sri Wahyuningsih dalam Dep.Sos, 2004). Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsi keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi oleh orangtuanya tersebut. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan.
Masa remaja merupakan saat individu mengalami kesadaran akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. Pada masa tersebut kemampuan kognitif remaja sudah mulai berkembang, sehingga remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian mengenai apa yang ada dalam pikirannya, namun remaja akan berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu tanggapan dan penilaian orang lain tentang diri individu akan dapat berpengaruh pada bagaimana individu menilai dirinya sendiri. Conger ( dalam Mönks dkk, 1982) menyatakan bahwa remaja nakal biasanya mempunyai sifat memberontak, ambivalen terhadap otoritas, mendendam, curiga, implusif dan menunjukan kontrol batin yang kurang. Sifat – sifat tersebut mendukung perkembangan konsep diri yang negatif. Rais (dalam Gunarsa, 1983) mengatakan bahwa remaja yang didefinisikan sebagai anak nakal biasanya mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan anak yang tidak bermasalah. Dengan demikian remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis dan memiliki konsep diri negatif kemungkinan memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki konsep diri positif.
Ini semua dapat kita lihat dari tantangan pendidikan nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yang dari waktu ke waktu meliputi empat hal, yaitu peningkatan pemerataan kesempatan, kualitas, efisiensi, dan relevansi. Berkaitan dengan kualitas, pendidikan dianggap telah melakukan berbagai kesalahan diantaranya banyak melahirkan lulusan yang tidak memiliki life skill, sehingga banyak lulusan seperti sarjana menjadi pengangguran karena tidak dapat mandiri dalam kehidupannya. Selain itu pendidikan juga kurang menekankan aspek moral sehingga melahirkan manusia - manusia robot yang melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (amoral). Memang terdapat beberapa lulusan yang cerdas secara intelektual tetapi tidak memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Teori-teori yang dipelajari tidak diimbangi dengan peningkatan moralitas diri dan kurang menyentuh realita kehidupan. Akibatnya apa yang diterima di bangku sekolah dan kuliah berbeda dengan kehidupan masyarakat yang dihadapi, selain itu ilmu yang diperoleh juga tidak dimanfaatkan untuk kemanusiaan.
Terpuruknya bangsa Indonesia bukan hanya tidak memiliki life skill semata, tetapi juga disebabkan oleh krisis moral. Hal ini terjadi karena tidak ditegakannya nilai-nilai kebenaran, keadilan,kejujuran dan keagamaan.
Sesungguhnya ada kolerasi yang kuat antara musibah fisik dengan musibah moral atau kerusakan akhlak manusia. Terjadinya bencana disebabkan akhlak manusia yang rusak dan banyak berbuat maksiat kepada ALLAH SWT. Banyak orang sekarang yang hanya takut kepada manusia tapi tidak takut kepada ALLAH SWT. Mereka melampiaskan seluruh nafsu dan ketamakan serta berlaku sewenang-wenang dengan segala kekuatan yang mereka miliki.
“Kalaulah sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, sungguh kami akan bukakan atas mereka keberkahan dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakannya, maka kami siksa mereka dengan kedustaan itu “ ( QS : 96 )
Ayat ALLAH yang tidak bisa kita bantah sama sekali. Jadi jelas sekali keterangan ALLAH SWT. Dalam AL-Qur’an jika manusia itu beriman dan taqwa maka keberkahan melimpah tapi kalau ingkar dan maksiat maka ALLAH SWT mendatangkan adzab dan musibah.
Merebaknya kesyirikan dan tayangan-tayangan yang merusak aqidah di televisi inilah diantara bentuk kerusakan akhlak dan moral manusia di negeri ini. Bagaimana adzab tidak datang secara bertubi-tubi. Penyebabnya adalah ulah tangan manusia itu sendiri.
Kehancuran moral juga berakibat kepada rusaknya persatuan bangsa, Kehancuran moral juga menyebabkan berkembangnya penyakit-penyakit baru dan perilaku aneh, seperti narkoba, seks bebas, pembunuhan secara berantai dan mutilasi dan kanibal.
Kehancuran moral akan berakibat kepada kehancuran fisik, maka adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk memperbaiki moral bangsa ini,moral ummat ini yang sesuai dengan akhlakul karimah.

0 komentar:

Posting Komentar